Piano iaitu alat muzik yang dimain melalui keyboardnya. Ia menghasilkan bunyi apabila tali kelulinya dimain dengan penukul kain felt. Penukul itu melantun dengan serta-merta dan membenarkan tali keluli terus bergetar pada frekuensi resonansinya. Getaran ini dipindahkan melalui kekuda ke bod suara untuk menguatkan bunyinya.
Pada pertengahan abad XVII piano dibuat dengan beberapa bentuk.
Awalnya, ada yang dibuat mirip desain harpsichord, dengan dawai
menjulang. Piano menjadi lebih rendah setelah John Isacc Hawkins
memodifikasi letaknya menjadi sejajar lantai. Lalu, dengan munculnya
tuntutan instrumen musik lebih ringan, tidak mahal, dan dengan sentuhan
lebih ringan, para pembuat piano Jerman menjawabnya dengan piano persegi. Sampai 1860 piano persegi ini mendominasi penggunaan piano di rumah.
Rangka untuk senar piano pertama menggunakan rangka kayu dan hanya
dapat menahan tegangan ringan dari senar. Akibatnya, ketika pada abad
XIX dibangun gedung-gedung konser berukuran besar, suara piano tadi
kurang memadai. Maka, mulailah dibuat piano dengan rangka besi. Sekitar
tahun 1800 Joseph Smith dari Inggeris
membuat suatu piano dengan rangka logam seluruhnya. Piano hasil
inovasinya mampu menahan tegangan senar sangat kuat, sehingga suara yang
dihasilkan pun lebih keras. Sekitar 1820, banyak pembuat menggunakan
potongan logam untuk bagian piano lainnya. Pada 1822, Erard bersaudara mematenkan double escapement action, yang merupakan temuan tersohor dari yang pernah ada berkaitan dengan cara kerja piano.
Dalam perkembangannya, sebelum memiliki 88 tuts seperti sekarang, piano memiliki lima oktaf
dan 62 tuts. Ia juga dilengkapi dengan pedal. Semula pedal itu
digerakkan dengan lutut. Namun, kemudian pedal kaki yang diperkenalkan
di Inggris menjadi populer hingga sekarang.
Sejumlah pengembangan berlanjut pada abad XIX dan XX. Tegangan senar, yang semula ditetapkan 16 ton pada tahun 1862,
bertambah menjadi 30 ton pada piano modern. Hasilnya adalah sebuah
piano dengan kemampuan menghasilkan nada yang tidak pernah dibayangkan Frederic Chopins, Ludvig van Beethoven, dan bahkan Franz Listz.
Sebuah perkembangan nyata di abad XX (berawal di tahun 1930-an) adalah kehadiran piano elektrik (atau piano listrik), yang didasarkan pada teknologi elektro akustik atau metode digital. Nada suaranya terdengar melalui sebuah amplifier dan loudspeaker.
Dari sisi mutu suara, piano elektronik nyaris tak ada bedanya dengan
piano biasa. Perbedaan terletak pada berbagai fitur yang melengkapinya.
Fitur itu tentu tidak ada sama sekali dalam piano biasa. Misalnya, bisa
dihubungkan dengan perangkat MIDI, komputer, alat rekam; memiliki
pengatur volume, tusuk kontak untuk pendengar kepala, dan sebagainya.
No comments:
Post a Comment